Industri otomotif memainkan peran utama dalam industrialisasi suatu negara. Berbagai negara telah menggunakan metode yang berbeda untuk mengidentifikasi model pembangunan industri. Bagi negara-negara berkembang, membangun industri otomotif sangat penting untuk mendorong industrialisasi. Dalam dekade terakhir, daya saing industri otomotif di ASEAN, terutama di Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Filipina telah mendapat perhatian global[1]. Industri mobil Thailand berhasil dikembangkan karena peran penting pemerintah dalam menerapkan ekonomi pasar yang terkoordinasi dan sistem inovasi nasional yang kondusif. Di Indonesia, hubungan pemerintah-bisnis menghambat upaya pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan pasar. Malaysia mengoordinasikan industrinya dengan ekonomi pasar melalui liberalisasi dan koordinasi. Sementara, Filipina telah memposisikan industri otomotif pada pembuatan suku cadang karena industrialisasi negara yang terbatas. Secara teoritis, setelah krisis keuangan Asia tahun 1997, negara-negara ASEAN mengadopsi kebijakan yang berorientasi pada ekonomi pasar. Namun demikian, karena konteks sejarah ekonomi politik, perkembangan industri mobil di Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Filipina bervariasi. Dalam konteks globalisasi, sistem ekonomi di berbagai negara menunjukkan konvergensi yang rendah.
[1] Tai, Wan-Ping. “The political economy of the automobile industry in ASEAN: a cross-country comparison.” Journal of ASEAN Studies 4.1 (2016): 34-60.