Magelang – Liquid Petroleum Gas (LPG) kini menjadi salah satu bahan bakar alternatif yang semakin banyak digunakan, baik di sektor industri maupun transportasi. Peralihan dari bahan bakar fosil menuju LPG mendorong meningkatnya kebutuhan LPG storage tank sebagai perangkat penyimpan bahan bakar, baik di industri distribusi, stasiun pengisian, maupun sistem bahan bakar kendaraan berbahan bakar gas. Namun, di balik manfaatnya, LPG storage tank juga menyimpan potensi bahaya yang serius. Kegagalan sistem akibat kebocoran, retak, atau korosi dapat memicu kebakaran yang berisiko merugikan harta benda bahkan mengancam keselamatan jiwa. Karena itu, diperlukan analisis risiko yang tepat untuk memastikan keamanan peralatan ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan Risk-Based Inspection (RBI) berdasarkan standar American Petroleum Institute (API) 581. RBI merupakan metode analisis berbasis risiko dengan menggabungkan dua parameter utama, yaitu Probability of Failure (PoF) dan Consequence of Failure (CoF).
Inspeksi dilakukan pada tangki penyimpanan LPG yang dibagi menjadi enam spot pada bagian shell dan dua spot pada bagian head (Head A dan Head B). Masing-masing spot diukur pada 10 titik, dengan tiga posisi utama di sudut 90°, 180°, dan 270°terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Lay out inspeksi LPG storage tank.
Persamaan umum perhitungan risiko dalam API 581 adalah:
Risk = PoF x CoF.
PoF dihitung menggunakan faktor laju kerusakan (Df), faktor pengganda kegagalan (gff), dan faktor material/servis (FMS). Sementara CoF mempertimbangkan potensi bahaya ledakan, kebocoran, dan dampak lingkungan.
Hasil Analisis
Hasil perhitungan menunjukkan nilai risiko sebesar 0,7843392. Nilai Df total = 1 termasuk dalam kategori rendah (≤ 2), yang berarti kemungkinan kegagalan tergolong rendah. Hal ini disebabkan laju korosi yang rendah serta ketebalan tangki yang masih di atas batas minimum. Namun, dari sisi CoF, diperoleh nilai CA = 25.632 ft², yang masuk kategori E (sangat tinggi). Penyebabnya adalah sifat fluida LPG yang sangat mudah terbakar, serta aliran fluida di dalam tangki yang tinggi. Kombinasi PoF rendah namun CoF tinggi menempatkan LPG storage tank pada tingkat risiko medium high yang terlihat pada Gambar 2. Artinya, meskipun kemungkinan kegagalannya kecil, dampak yang ditimbulkan jika terjadi kegagalan akan sangat signifikan.
Gambar 2. Hasil perhitungan tingkat risiko.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil ini, pengawasan dan inspeksi terhadap LPG storage tank harus dilakukan secara intensif. Penerapan metode RBI terbukti membantu mengidentifikasi titik kritis sehingga langkah pencegahan dapat diambil lebih dini. Ke depan, sistem pengelolaan risiko yang konsisten akan menjadi kunci dalam menjaga keamanan operasional fasilitas berbahan bakar gas.
Untuk lebih detailnya artikel ini dapat dilihat di Journal IJOST