REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG—Universitas Muhammadiyah Magelang, Jawa Tengah, meluncurkan mobil berbahan bakar gas elpiji Untuk mendukung Program Energy Mix Nasional 2025 berkaitan dengan pemanfaatan gas sebagai sumber energi di Indonesia.
Dosen Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Magelang, Muji Setiyo mengatakan, dari penelitian yang dilakukan dengan bahan bakar elpiji menghasil emisi karbon monoksida (CO) turun drastis hingga 0,13 persen dan hidro karbon hanya 120 ppm.
“Penggunaan bahan bakar gas ramah lingkungan karena pembakarannya sempurna,” katanya.
Ia mengatakan, dari segi ekonomi penggunaan gas elpiji pada kendaraan lebih murah dibanding menggunakan premium, satu kilogram elpiji bisa menempuh jarak sekitar 40 kilometer, padahal dengan bensin satu liter hanya menempuh 13 kilometer.
“Dengan harga sama, penggunaan elpiji bisa tiga kali lipat lebih hemat. Ke depan kalau gas elpiji ini diterapkan ke angkutan umum maka akan sangat membantu biaya operasional untuk kebutuhan bahan bakar,” katanya.
Ia mengatakan, subsidi pemerintah untuk bahan bakar minyak sangat besar sehingga kalau diteruskan akan menjadi permasalahan bagi keuangan negara.
“Bahan bakar gas memberikan efisiensi yang sangat tinggi, mengapa hal ini tidak digunakan, sementara Korea Selatan yang tidak mempunyai lahan minyak saja, sekitar 2,2 juta kendaraannya menggunakan gas, antara lain dipasok dari Indonesia,” katanya.
Namun, dia pun mengakui, untuk beralih ke bahan bakar gas permasalahannya harga konverter kit sangat mahal mencapai Rp15 juta/unit karena harus impor. “Untuk mengatasi permasalahan tersebut, kami kembangkan konventer kit, kami mempunyai desainnya. Kalau hal itu bisa diproduksi di dalam negeri melalui kerja sama dari beberapa instansi harganya bisa menjadi lebih murah,” katanya.